FATE chapter 3 : The Truth


Setelah berbicara dan dijelaskan kebenarannya oleh Satoko Mizuhara, sahabat Miyuri, Yuujirou langsung melesat kembali ke asramanya untuk berunding dengan Tohru. Benar saja, Tohru kaget melihat sahabatnya tiba-tiba kembali dengan penampilan berantakan. Berbeda dengan Yuujirou biasanya. Lalu Yuujirou menceritakan semuanya pada Tohru yang mendengarkan dengan sabar.

Sekarang, kedua sahabat itu mencari cara untuk menemukan pria yang melukai Miyuri dan membuatnya berhenti melakukan hal-hal aneh pada Miyuri!

Sementara itu, kediaman Suzuhara, kamar Miyuri…

Miyuri duduk di pinggir tempat tidur, melihat salju turun dan jatuh di halaman rumahnya. Dia tidak bergerak. Miyuri benar-benar tenggelam dalam lamunannya. Ibu dan kakak lelakinya mengintip dari balik pintu. Mereka saling berpandangan, lalu mendesah.

"Bagaimana ini, Ibu? Semenjak Miyuri tidak diperbolehkan keluar rumah, dia jadi begitu terus. Makan juga jarang. Kalau begini terus, dia bisa sakit." Tanya Ran saat mereka berdua pindah ke ruang tengah. Ibunya tidak langsung menjawab, masih sibuk dengan vacuum cleaner-nya.

"Mau bagaimana lagi, Ayahmu khawatir sekali. Ibu juga sih. Miyuri tidak pernah cerita kalau ia menjalin hubungan lagi dengan pemuda itu. Pemuda tak dikenal yang hanya membawa masalah saja." Ibu menghela napas.

"Tapi Miyuri sama sekali tak peduli dengan keadaan dirinya. Dia malah terus-menerus menanyakan cowok itu." Gumam Ran. Ibu tidak menanggapi gumaman satu-satunya anak lelakinya itu, dan melanjutkan membersihkan ruangan.

Keesokan harinya…

"Kau sudah tahu siapa cowok aneh itu?" seru Yuujirou tak percaya. Tohru tersenyum pamer. Lalu memberikan secarik kertas dan foto. "Ini semua kudapat dari para penggemar setia Putri. Tinggal tanya saja kok, nanti juga dikasih tahu." Jawab Tohru sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Yuujirou membaca kertas itu dengan teliti.

"Namanya… Hiroyuki Serizawa. Anak kelas dua. Berkali-kali ditolak cewek. Selama 17 tahun terus menjomblo. Fanatik terhadap Putri Yuu. Hobinya memotret (terutama memotret para Putri) dan membaca." Yuujirou membacanya keras-keras dengan perasaan aneh, dan mengerutkan dahi.

"Fanatik terhadap Putri Yuu!" Tohru terpingkal-pingkal. Yuujirou menggerutu tak jelas. Lalu dengan sepasang mata penuh dendam, dipandangnya lekat-lekat foto orang itu. Dan diingatnya dengan baik.

"Aku sudah ingat semua hal mendetail yang diperlukan. Sekarang apa?" Yuujirou melempar kertas itu ke meja belajarnya, lalu menoleh ke Tohru. Tohru terdiam sejenak, berpikir. Lalu tersenyum misterius ke temannya itu. Yuujirou hanya memiringkan kepala tak mengerti.

"Karena dia 'fanatik terhadap Putri Yuu', bagaimana kalau kita memanfaatkan itu? Putri Yuu?" Tohru tersenyum ala Putri. Yuujirou tak menjawab.

Sore harinya, taman dekat asrama…

"Wah, dia benar-benar datang dengan pakaian rapi. Setelan jas lho! Bawa bunga segala, pula!" bisik Tohru sambil menahan tawanya. Yuujirou tak mau berkomentar. Sore ini, ia dan Tohru berencana menjebak Serizawa, lalu melabraknya habis-habisan. Tentu saja, sebelum itu, mereka harus berdandan ala Putri, merayunya, lalu baru bicara terus-terang padanya.

Yuujirou memakai gaun terusan dengan rok selutut. Gaun berwarna krem polos, dengan hiasan bros bunga lili di dadanya. Yuujirou menggerai rambutnya begitu saja, dan memakai jepitan bunga lili di rambutnya. Untuk sepatu, ia memakai sepatu berhak rendah berwarna serasi.

Sedangkan Tohru memakai kaos putih polos dan rok jeans selutut. Lalu ia melingkarkan kalung panjang dengan bandul kepala kucing di lehernya. Dengan penampilan mereka sekarang dan senyum Putri, tak akan ada yang mengira kalau mereka itu laki-laki!

Lalu…

"Ehm… Serizawa?" Yuujirou dan Tohru berjalan mendekati pemuda itu. Refleks, dia langsung berbalik. Wajahnya memerah dan ia terlihat gugup melihat dua Putri yang cantik-cantik itu. Apalagi Yuujirou.

"Pu-Putri Yuu! Putri Tohru! Apa kabar? Eh ini bunga untuk kalian!" serunya buru-buru. Tohru tertawa kecil, lalu berterima kasih dan menerima bunga itu. "A…ada perlu apa dengan saya?" tanyanya terbata-bata. Tohru menyenggol Yuujirou. Yuujirou tersenyum.

"Kami dengar kamu salah satu fans setia kami, terutama aku. Aku jadi merasa tersanjung dan ingin bertemu denganmu," jawab Yuujirou dengan ekspresi Putri. Spontan, wajah Serizawa semakin memerah. Tohru asyik menonton sambil bermain ayunan.

"I-itu bukan apa-apa… maksudku… ah…" Serizawa sangat kaget ketika Yuujirou tiba-tiba menarik dasinya, dan mendekatkan wajah cantiknya pada Serizawa. Serizawa jadi semakin gugup dan gelisah. Yuujirou tersenyum.

"Takkan kumaafkan." Ujarnya, masih dengan senyum Putri. Serizawa tak mengerti. "Takkan kumaafkan, kalau sekali lagi kau berani… berani menemui dan menyentuh Miyuri. Jangan… jangan pernah." Kali ini Yuujirou menekankan dengan suara cowoknya. Serizawa langsung mengerti dan jantungnya berdebar dengan cepat, karena takut.

"Bagaimana… Putri bisa…" Serizawa segera melepaskan diri dari Yuujirou. Yuujirou mengambil sesuatu dari tasnya, lalu membuangnya sembarang. Itu adalah foto-foto Miyuri yang diambil secara diam-diam, yang sudah dicorat-coret dengan spidol merah dan hitam oleh Serizawa.

"Jangan tanya. Kau pikir aku tak mungkin tahu? Bodoh." Yuujirou mengeluarkan foto Serizawa yang ia dapat dari Tohru, lalu merobek-robeknya. Sesaat, Yuujirou tersenyum ala Putri, tapi kemudian menyeringai dan menginjak-injak sobekan foto Serizawa. Serizawa gemetar ketakutan.

"Ini peringatan. Jangan pernah dekati, ikuti, temui, bicara dengan Miyuri lagi. Atau kau…" Yuujirou menarik kerah kemeja Serizawa yang ketakutan. "…akan menyesal!"

"Eh iya, tindakan tabrak lari sengaja itu… kalau dilaporkan ke polisi… bagaimana yaa?" ujar Tohru. Dia tersenyum manis, semanis iblis. Serizawa gemetaran. "Ku… kumohon… jangan!" Serizawa terlihat begitu pucat. Tohru pura-pura tidak dengar dan terus bersenandung sambil bermain ayunan.

"Putri Yuu… aku!" Serizawa yang hendak meminta pengampunan Yuujirou, malah kena tendangan super dahsyat darinya. "Pu… Putri…" Serizawa lemas. Dia kaget, shock, takut. Semuanya bercampur jadi satu.

"Kali ini kau akan kami lepaskan dengan begini saja. Lain kali, awas saja kau. Aku benar-benar akan melaporkanmu ke polisi!" ancam Yuujirou. Matanya tajam dan nadanya sinis. Dia benar-benar marah.

"KENAPA?" seru Serizawa. Ketika Yuujirou dan Tohru sudah bersiap akan kembali ke asrama. "Kenapa…. Kenapa Putri yang sangat kami kagumi itu… bisa seperti ini? Demi seorang wanita jalang seperti dia…!" Serizawa menekan rasa takut dan shocknya. Yuujirou berjalan ke arah Serizawa, lalu menamparnya keras-keras. Bukan tamparan Putri, tapi tamparan Yuujirou Shihoudani.

"Satu, karena itu hanya fantasi kalian. Biar bagaimanapun, kami, para Putri, adalah laki-laki tulen. Dua, sekali lagi kau sebut dia wanita jalang….. KUBUNUH KAU." Yuujirou sudah sangat geram. Tohru berusaha melerai mereka, lalu memaksa Yuujirou pulang. Meninggalkan Serizawa yang masihshock, jatuh terduduk di taman.

Kediaman Suzuhara…

"Miyuri?" Ibunya masuk ke kamar putri semata wayangnya itu. Miyuri menoleh, tapi pandangan matanya kosong. Ibunya jadi semakin sedih.

"Miyuri, dengar," Ibunya menggenggam tangan Miyuri yang dingin. Miyuri tak menjawab, ia terus mendengarkan. "Ibu sudah merundingkannya dengan Ayah serta kakak-kakakmu… kami memutuskan untuk membiarkanmu berteman dengan pemuda itu." lanjut sang Ibu. Sepasang mata Miyuri yang bulat jadi semakin bulat.

"Benarkah, Ibu?" serunya girang. Ibu Miyuri tersenyum, lalu mengelus kepala Miyuri. "Ya, tapi kami akan tetap mengawasi kalian. Kami tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Miyuri lagi." jawab sang ibu lembut.

Miyuri mengangguk mengerti. Ibunya memberikannya ponselnya kembali, juga kebebasannya. Miyuri yang hendak menelpon Yuujirou, kaget ketika ponselnya tiba-tiba berdering.

"Ha-halo?"

"Miyuri? Ponselmu sudah dikembalikan?" sahut suara familiar di seberang. Suara itu begitu dirindukan oleh Miyuri. Ya, itu adalah suara Yuujirou.

"Iya… aku juga sudah boleh keluar." Jawab Miyuri. Dia terlihat begitu bahagia. Ibu Miyuri yang melihat itu, menghela napas lalu tersenyum. Dia menyesal, hampir saja memusnahkan senyum tercantik putri semata wayangnya.

"Syukurlah." Sementara di seberang sana, Yuujirou juga tersenyum lebar. Dia juga merasa begitu gembira. "Miyuri, bisa kita bertemu? Tak usah buru-buru, mungkin kedua orang tuamu masih enggan."

"Bisa, tenang saja." Jawab Miyuri ceria.

Ternyata Yuujirou mengajak Miyuri ke taman tempat mereka pertama kali bertemu. Meski Miyuri tidak ingat, sepertinya tahu bahwa tempat itu adalah tempat kenangan. Dia mengenakan pakaian yang sama dengan waktu itu.

"Miyuri!" panggil Yuujirou. Dia melambai-lambaikan tangannya. Miyuri menyambutnya dengan ceria.

"Maaf, aku lama ya?" ujar Miyuri. Dia tersenyum lebar, senang karena akhirnya bertemu Yuujirou lagi. Senyuman itupun disambut hangat oleh Yuujirou, yang merasa sama.

"Enggak kok, akunya saja yang datang terlalu cepat. Miyuri nggak apa-apa 'kan keluar ke tempat begini?" Yuujirou terlihat khawatir. Dia tidak ingin Miyuri kenapa-kenapa lagi karenanya.

Miyuri tersenyum lembut, lalu berkata; "Nggak apa-apa kok. Tenang saja.". Spontan, wajah Yuujirou jadi memerah, dan dia jadi gugup.

"Eeeh… anu… soal pelaku yang sudah mencelakakan kamu…" Yuujirou mulai menjelaskan dengan suara terbata-bata. Miyuri dengan sabar dan tenang mendengarkan. "…aku sudah menangkapnya, dan sudah kuberi pelajaran. Tadinya mau kulaporkan ke polisi, tapi kasihan juga sih. Yah, kalau dia masih berani melakukan sesuatu padamu, nanti betul-betul akan kulaporkan ke polisi." Cerita Yuujirou.

"Eh?" sepasang mata Miyuri yang bulat jadi semakin bulat. "Ja-jangan dilaporkan ke polisi! Aku baik-baik saja kok!" seru Miyuri panik. Yuujirou tersenyum tipis, lalu mengelus kepala Miyuri.

"Baik-baik saja apanya? Kau sempat masuk rumah sakit, bahkan hilang ingatan. Yang seperti itu…" Yuujirou terlihat kesal hanya dengan mengingat dan membicarakannya. Miyuri buru-buru menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak apa-apa kok. Sungguh!" ujarnya. Yuujirou menghela napas, lalu tersenyum dengan raut wajah "apa boleh buat". Miyuri menunduk dengan wajah memerah.

Tiba-tiba Miyuri merasa sentuhan pada rambutnya. "Ah iya, ada hal lain yang ingin kuberitahu padamu…" ujar Yuujirou sambil memainkan ujung rambut Miyuri yang panjang.

"Apa itu?" tanya Miyuri, berusaha terlihat tenang padahal hatinya berdebar tak karuan.

Yuujirou mengecup ujung rambut Miyuri, lalu tersenyum. Jantung Miyuri berhenti berdetak untuk beberapa detik.

"Aku suka padamu. Sejak pertama kali bertemu denganmu." Ucapnya.

Miyuri terdiam kaku. Jantungnya berdebar begitu keras, sampai-sampai ia rasa terdengar oleh Yuujirou. Wajahnya memerah sampai kuping, bukan karena dingin, tapi karena malu. Hatinya berkecamuk, antara kaget, malu, dan bahagia.

"Miyuri? Kok diam begitu? Masa' sebegitu kecewanya dengar aku menyatakan cinta?" tanya Yuujirou dengan wajah cemberut.

Miyuri langsung sadar dari lamunannya. Dia mengangkat wajahnya, lalu membuka mulutnya. Tapi langsung menunduk lagi karena malu. Yuujirou jadi bingung sendiri karena tingkah aneh Miyuri.

Tiba-tiba mantel Yuujirou ditarik Miyuri yang masih menunduk, menyembunyikan wajah merahnya. "Miyuri?" Yuujirou kebingungan.

Miyuri menggigit bibir bawahnya. Lalu buru-buru membuka mulut. "…suka." Gumam Miyuri. Yuujirou bengong. "…Aku juga suka Yuujirou." Sambung Miyuri. Dia akhirnya mengangkat wajahnya yang sejak tadi memerah.

Yuujirou terbelalak tak percaya, lalu memeluk Miyuri dengan erat saking bahagianya.

"Berhasil!" teriaknya. Miyuri tercengang, lalu tertawa.

Lalu mereka berdua pulang bergandengan tangan, dengan senyum bahagia di wajah mereka. Di perjalanan pulang, salju turun. Warna putih yang indah, turun perlahan-lahan. Yuujirou dan Miyuri berpandangan, lalu tersenyum.

END

0 comments:

Posting Komentar